Tampilkan postingan dengan label Semester 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Semester 6. Tampilkan semua postingan

Makalah Profesi Kependidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    PENDAHULUAN
Peserta didik pada umumnya tentu perlu mendapat suatu bimbingan selain dari orang tua yaitu pihak sekolah guna membentuk karakter peserta didik. Namun antara satu individu satu dengan individu lain tentu memiliki bermacam-macam karakteristik masing-masing. Memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan individu lain.
Oleh karena itu proses perkembangan yang dialami masing-masing peserta didik berbeda-beda dalam keadaan fisik, intelektual , kemampuan, dan bahasanya. Pendidik hendaknya harus mampu memahami perbedaan – perbedaan karakter masing-masing anak didiknya .
Pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak, sehingga pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu,dari yang tidak bisa menjadi bisa dan dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik .Kondisi tersebut, selama ini sedikit kurang diperhatikan oleh pendidik, jadi kadang banyak peserta didik yang kurang memperhatikan dengan apa yang telah di ajarkan guru .
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan motorik  peserta didik, diantaranya factor dalam diri individu dan factor dalam luar diri individu .
B.     Rumusan Masalah
Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa di Sekolah Dasar
Menjelaskan cara penyelesaian masalah yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa. Menjelaskan dampak-dampak yang timbul akibat permasalahan yang dihadapi
Memberikan solusi dan penanganan yang tepat sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi. Mengevaluasi dan menindak lanjuti berdasarkan permasalahan yang ada.
C.     Tujuan
1.      Mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh siswa Sekolah Dasar.
2.      Memberikan solusi yang tepat dan mengetahui bagaimana cara penyelesaiannya.
3.      Mengidentifikasi perkembangan belajar pada diri peserta didik.
4.      Menjelaskan dampak negatif yang timbul apabila permasalahan tersebut tidak bisa diatasi,dan juga dampak positif yang timbul apabila permasalahan tersebut bisa diatasi.
5.      Bisa mengetahui beragam permasalahan pada siswa dan beragam permasalahan tersebut dapat teratasi.


BAB II
PEMBAHSAN
A.Identifikasi Masalah
Identifikasi Siswa
Nama                                        : Farhan Saputra
Jenis Kelamin                          : Laki- Laki
Sekolah                                   : MI AL-HUSNA
Kelas                                       : 5
Tempat Tanggal Lahir             : Palembang 26 April 2003
Umur                                       : 10 Tahun
Agama                                     : Islam

2.Identitas Orang Tua
Nama   Ayah                           :  Maman
Pendidikan                              : SLTP
Pekerjaan                                 : Buruh
Penghasilan / bulan                 :  < 1.000.000,00

Nama Ibu                                : Neneng
Pendidikan                              : SMU
Pekerjaan                                 : Ibu Rumah Tangga
            Farhan adalah siswa yang tergolong hiperaktif, dimana dia sering mengganggu teman-temannya di kelas atau pun dilingkungan sekolahnya. Dia dikenal siswa yang cukup bandel, sering membuat keributan dikelas pada saat terjadi proses belajar mengajar.
            Karena sifat bandelnya tersebut Farhan kurang disukai dengan teman-temannya, namun walau begitu Farhan juga termasuk siswa yang pandai bergaul, terbukti dari lingkungan sekolah farhan cukup memiliki banyak teman.
            Farhan termasuk siswa yang malas belajar sehingga guru-guru pun hafal kepadanya karena sifat malasnya tersebut, Farhan jarang membuat tugas sendiri, kalaupun mengerjakan PR nya pasti didapat dari mencontek jawaban tugas temannya.
            Dalam kegiatan belajar-mengajar Farhan sering tidak memperhatikan penjelasan dari guru-gurunya, justru banyak membuat kekacauan dikelas, menciptakan keributan, dan justru mengganggu teman-temannya yang sedang belajar, hal ini membuat teman-teman dikelasnya menjadi tidak nyaman. Bahkan Farhan tidak sopan dengan guru-gurunya, membantah ketika dinasehati.
Semangat belajar Farhan sangatlah rendah, oleh sebab itu  apa yang telah iya kerjakan sama hasilnya dengan prestasi yang diraihnya. Padahal Kedua orang tua Farhan juga selalu mendukung dan selalu memperhatikan Farhan saat belajar dirumah namun farhan tidak seriusn dalam belajar. Namun kelemahanya Ke dua orang tuanya kurang memperhatikan kondisi belajar Farhan di Sekolah, karena sibuk bekerja. Namun Farhan tidak pernah bolos sekolah. Ketika Farhan mulai masuk dikelas cenderung tidak memperhatikan pelajaran malah asyik ngobrol dengan temannya, farhan juga jarang aktif di kelasnya, tidak pernah menjawap pertanyaan yang diberikan guru, dan seakan acuh terhadap pelajaran .
Farhan juga tidak pernah bertanya kepada guru setelah guru menjelaskan materi. Farhan tidak pernah mengerjakan tugas, dan ketika gurunya bertanya mengapa tidak dikerjakan alasan Farhan  adalah lupa. Farhan lamban mengerjakan tugas disekolah ,pada saat ulangan pun nilainya cenderung menurun . 
Kemudian dilakukan evaluasi sesuai masalah yang dialami Farhan yang terlihat . Dan seterusnya dapat diperkirakan sifat dan jenis masalah yang telah dihadapi Farhan.
Dalam pengamatan terlihat Farhan lebih asyik mengobrol dengan temannya, dibanding mendengarkan materi yang di jelaskan oleh guru, maka Farhan disimpulkan  terpengaruh buruk dari teman sekitar . Farhan harus mendapatkan bimbingan khusus guna mengetahui masalah yang telah dialami Farhan.  Perkiraan penyebab masalah yang timbul pada diri  farhan tersebut selanjutkan akan diuraikan / dalam penetapan masalah yang timbul pada diri Farhan dalam diagnosis
B.Diagnosis Terhadap Kasus Farhan
Setelah melakukan Identifikasi masalah,langkah selanjutnya adalah langkah diagnosis yaitu penetapan masalah .Dalam langkah ini dilakukan pengumpulan informasi yang bersumber dari orang tua Farhan, Saudara Farhan ,tetangga tetangga ,teman-teman dekat Farhan, serta guru yang bersangkutan .Dari informasi yang telah didapatkan , Farhan tampaknya terlihat seperti putus harapan sehingga dia berbuat semaunya, sepertinya dia mencari perhatian yang lain..
Berdasarkan analisis ,kemudian ditetapkan jenis masalah ,bentuk masalah yang tengah dihadapi Farhan adalah dikarenakan ke arah negative.
Setelah menganalisis masalah yang dihadapi Farhan, perubahan sifat buruknya juga disebabkan oleh beberapa hal lain antara lain faktor internal dan eksternal :
        Faktor Internal
1        Belajar berkurang karena kurang diperhatikan
2        Merasa ingin lebih diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya
3        Kurang menghargai guru mengajar ( kurang memperhatikan pelajaran )
4        Emosi kurang terkendali
Faktor Eksternal
1        Lingkungan belajar siswa ( keluarga ) .Kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan belajar Farhan
2        kurangnya dukungan motivasi belajar
3        Kedua orang tua terlalu sibuk mementingkan pekerjaan masing-masing
4        Orang tua terlalu sering bertengkar di depan anaknya langsung
Setelah melakukan diagnosis, penulis melakukan beberapa hal Pemberian bimbingan secara khusus guna penyelesaian, solusi terhadap kasus Farhan yaitu :
1        Bekerja sama dengan orang tua siswa  
2        Berkomunikasi dengan orang tua siswa guna penyelesaian masalah 
3        Pemberian motivasi, dukungan dan arahan positif 
  
Beberapa kemungkinan apabila masalah-masalah yang dihadapi siswa bisa diselesaikan yaitu :
1        Prestasi siswa akan bisa terus meningkat
2        Kemampuan bakat siswa akan semakin berkembang
3        Pandangan siswa tentang masa depannya akan lebih cerah
4        Siswa akan kembali mempunyai semangat belajar yang tinggi
Adapun kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah yang dihadapi siswa tidak bias diselesaikan  :
1.      Semangat belajar siswa akan semakin menurun dan semakin memburuk
2.      Prestasi siswa akan semakin menurun
3.      Siswa akan semakin terpuruk dan akan menjadi siswa yang berperilaku negatif 
4.      Kemampuan bakat siswa akan terpendam dan tidak bisa berkembang.
5.      Siswa tidak akan punya pandangan ke depan untuk masa depannya ( cita-cita )
6.      Hubungan siswa dengan kedua orang tuanya akan semakin memburuk

C.Alih Tangan Kasus Farhan
Dari jenis masalah yang sedang dihadapi Farhan, penulis belum melakukan alih tangan  khusus, mengingat kasus tersebut juga menyangkut urusan rumah tangga keluarga Farhan, pihak sekolah maupun guru, hanya memberi solusi, bimbingan, arahan positif kepada pihak orang tua maupun kepada Farhan, guna mengembalikan semangat belajar Farhan yang tinggi . 
D. Bimbingan untuk Mengatasi Menurunnya semangat belajar yang dihadapi Farhan
Adapun bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1        Bimbingan individu. Pihak guru dan orang tua hendaknya mampu menanamkan keyakinan kepada siswa agar tetap semangat dalam belajar meskipun siswa  menghadapi  suatu masalah yang berat.
2        Memberi pengertian kepada siswa untuk mengatur kegiatannya di rumah ataupun di sekolah, jangan sampai kegiatan bermain mengganggu tugas utama sebagai siswa yaitu belajar .Mengingatkan kepada siswa bahwa suatu kemampuan belajar haruslah dikembangkan, dan memotivasi siswa agar mengoptimalkan belajar sehingga prestasi tidak akan menurun,  dan kemungkinan prestasi akan bisa terus dipertahankan juga semakin meningkat. Mengusahakan siswa untuk sering bertemu dan belajar bersama dengan orang yang dipercaya dan mengerti keadaan siswa, dan interaksi social siswa tidak akan terpuruk serta berkembang secara teratur .
3        Mengusahakan siswa untuk bisa terbuka kepada orang tua ataupun guru pembimbing agar jika siswa mengalami masalah maka gugu pembimbing bias maupun orang tua  memberi solusi. Menciptakan kedisiplinan kepada anak ,orang tua atau pun guru pembimbing dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan .
4        Kerjasama dengan orang tua juga sebaiknya mampu memberikan perannya dalam hal-hal berikut: Orang tua hendaknya memberikan perhatian yang penuh kepada siswa, agar dapat menambah semangat siswa,untuk belajar lebih baik lagi ,meskipun keadaan orang tua kurang harmonis. Orang tua hendaknya memberikan semangat kepada siswa agar selalu giat belajar. Orang tua harus selalu mengingatkan kepada siswa untuk memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar .
5        Kerjasama dengan guru
Guru hendaknya melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa dan memberi motivasi siswa untuk terus belajar, dan mempertahankan prestasinya
Guru sebaiknya bertanya langsung kepada siswa guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya hendaknya mencari situasi yang tepat untuk berkomunikasi secara terbuka dengan siswa, setelah itu ajak anak untuk mengungkapkan penyebab iya malas belajar .
Guru hendaknya member perhatian yang khusus kepada siswa guna keberhasilan siswa dalam belajar, dan melakukan bimbingan dalam bentuk tambahan waktu belajar
Guru seharusnya melakukan hubungan kerjasama yang baik dengan orang tua dan melaporkan kepada orang tua tentang perkembangan siswa dalam belajar
Guru hendaknya menegakkan kedisiplinan kepada siswa, bilamana siswa melakukan suatu pelanggaran saat belajar dan siswa meninggalkan kesepakatan yang telah disepakati,apabila siswa melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik, untuk mengalihkannya gunakan konsekuensi logis yang yang dapat diterima oleh akal pikiran siswa
E. Kegiatan Tindak Lanjut
Dalam upaya memberikan layanan terhadap Farhan dan siswa lain yang juga mengalami penurunan dalam belajar, penulis merekomendasikan pihak sekolah untuk melakukan beberapa kegiatan diantaranya :
1        Memberikan motivasi Intrinsik dan ekstrinsik
·         Motivasi Intrinsik
Motivasi yang dimaksud adalah pemberian dorongan yang berasal dari dalam diri individu dan  guru memberikan  dorongan untuk siswa belajar. Karena  motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif karena motivasi intrinsic relative lebih lama dan tidak akan tergantung pada motivasi dari luar. Guru memberikan dorongan kepada siswa yang bersumber pada diri individu untuk lebih maju ,lebih kreatif dan bersifat positif dalam menghadapi suatu masalah.
·         Motivasi Ekstrinsik
Adalah faaktor yang dating dari luar diri individu tetepi member pengaruh terhadap kemauan belajar siswa. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua.
Jadi guru memberikan dorongan spiritual kepada siswa, berupa memberi pujian kepada siswa,memberi tata tertib, menciptakan kedisiplinandi sekolah ataupun di rumah, guru memberi contoh teladan yang baik kepada siswanya, dengan begitu siswa tidak akan berbuat melanggar peraturan dalam kegiatan pembelajaran, siswapun akan merasa nyaman, tanpa beban dan masalah.
2.  Pihak sekolah hendaknya menyediakan guru pembimbing khusus guna mengatasi kasus Farhan ataupun kasus Perkembengan belajar lainnya. Mungkin dengan adanya guru pembimbing khusus siswa akan dengan mudah menceritakan setiap masalah Belajar nya kepada guru pembimbing, dengan begitu gugu pembimbing akan memberi solusi langsung kepada siswa untuk menyelesaiakan masalahnya tanpa harus siswa berbuat semaunya sendiri karena merasa patah semangat dan putus harapan dengan mengahadapi berbagai  masalah yang dihadapi .
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah dibahas ,maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar, tidak hanya didukung dari pihak sekolah saja, namun orang tua juga berperan penting dalam perkembangan belajar siswa. Orang tua dan pihak sekolah harus sama-sama mendukung proses pembelajaran siswa guna membentuk karakter siswa. Anak Sekolah Dasar pada umumnya masih banyak memerlukan dukungan, bimbingan, arahan, perhatian  dari orang tua untuk memotivasi belajarnya, bukan hanya dari pihak sekolah saja.
Dan pada dasarnya bimbingan atau arahan merupakan proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya,yang selanjutnya dapat diambil keputusan untuk melangkah maju guna menolong diri sendiri dalam menghadapi berbagai masalah. Dimana bimbingan dan pendidikan anak usia dini sangatlah dibutuhkan guna membentuk karakter dasar siswa
B.     Saran
1.      Bagi Guru 
Diharapkan pihak sekolah memperhatikan masing – masing siswanya, khususnya siswa yang terlibat dalam masalah. Pihak sekolah diharapkan tidak hanya menjadi fasilitator bagi siswa namun juga sebagai motivator. Diharapkan ada kerjasama, komunikasi yang terus berjalan antara sekolah dengan wali murid. Diharapkan pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan belajar masing-masing siswanya, khususnya siswa yang terlibat dalam masalah sehingga tidak akan membuat siswanya mengurangi semangat belajar
2.Bagi Orang Tua
Sebaiknya orang tua banyak meluangkan waktu untuk memperhatikan perkembangan belajar anaknya di sekolah ataupun di rumah. Hendaknya orang tua jangan sampai bertengkar di depan anak, karena itu akan semakin membuat anak terpuruk,merasa menyerah, kurang diperhatikan, putus harapan. Orang tua hendaknya memberikan keleluasan kepada anak untuk menentukan pilihannya,namun dalam pengawasan orang tua
Selalu memberikan motivasi, semangat rarahan-arahan yang mengarah pada hal positif. Orang tua seharusnya bekerja sama dengan sekolah,agar saat anak merasa terpuruk karena orang tua, orang tua dapat meminta sekolah untuk memotivasi anak, memberi semangat, agar hal tersebut tidak sampai mengurangi semngat belajarnya. Orang tua seharusnya menjadi tempat bersandar anak, berbagi keluh kesah, memberi perhatian, sehingga anak akan merasa nyaman untuk menceritakan masalah yang dihadapi.

Makalah: Metodologi Penelitian

Pendahuluan
Penelitian merupakan proses untuk terlibat dalam langkah-langkah logis. Pada penelitian terdapat dua cara, yaitu melalui studi kualitatif atau kuantitatif, penelitian tersebut tergantung dari masalah apa yang akan dijadikan riset.
Penelitian dilakukan dikarenakan dorongan untuk mengetahui sesuatu permasalahan dan  sikap ketidakpuasan atas jawaban dari pertanyaan-pertanyaan. Semua masalah yang ada nampaknya dapat diselesaikan melalui penelitian, baik penelitian yang sederhana atau yang lebih komplek yang mencakup banyak aspek. Namun, sering kali dalam penelitian, khususnya dalam proses pembuatan karya ilmiah dan proses dilapangan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu, perlunya pemahaman dasar tentang penelitian, misalnya apa itu penelitian? bagaimana melakukan penelitian? Maka berdasarkan rumusan masalah tersebut makalah ini akan membahas tentang hakikat penelitian, metode ilmiah, dan paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Pembahasan
I.  Hakikat Penelitian
A.    Definisi Penelitian
Kata “penelitian” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “research”. Mc. Millsn dan Schumancher mendefinisikannya sebagai berikut: “research is a systemic process of collecting and analyzing information (data) for some purposes.”, yang artinya penelitian adalah suatu proses sistematis tentang pengumpulan dan penganalisisan informasi atau data untuk maksud-maksud tertentu. Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematik. Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah (Emzir,2007:3).
Creswell (2012: 3) menyebutkan “Research is a process of steps used to collect and analyze information to increase our understanding of a topic or issue., yang artinya penelitian adalah proses atau langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisa informasi untuk meningkatkan pemahaman suatu topik atau masalah.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan upaya dan proses yang sistematis tentang pengumpulan data untuk meganalisa dan memecahkan suatu masalah.
B.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menurut Nan Lin dalam W. Gulo (2000: 16-17) pertama, untuk menemukan hukum atau keteraturan yang bekerja di dalam gejala-gejala itu, dan tujuan yang kedua adalah untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam relasi-relasi sosial. Dengan kata lain, suatu penelitian mempunyai dua macam signifikansi (penting, manfaat), yaitu signifikansi teoritis karena ia dapat mengembangkan teori, dan sigifikansi praktis karena ia dapat memberi bantuan dalam memecahkan masalah.
Dalam Creswell (2012: 3-7) terdapat tiga tujuan mengapa penelitian ini dianggap begitu penting:
1. Penelitian Menambah Pengetahuan (Research Adds to Our Knowledge)
Menambah pengetahuan berarti pendidik berkontribusi dalam mencari informasi yang ada tentang isu-isu. penelitian akan memberikan kontribusi untuk pengetahuan dengan memperluas pemahaman tentang topik. Dengan adanya penelitian maka membantu menjawab pertanyaan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang orang-orang dan tempat-tempat yang belum dipelajari sebelumnya.
2. Penelitian Meningkatkan Praktek (Research Improves Practice)
Penelitian membantu pendidik berlatih membangun hubungan dengan pendidik lain yang mencoba ide-ide yang sama di lokasi yang berbeda. pendidikan khusus guru, misalnya, dapat membentuk koneksi pada konferensi penelitian saat individu melaporkan topik kepentingan bersama, seperti menggunakan strategi kelompok kecil untuk manajemen disiplin di kelas.
3. Penelitian Menginformasikan Debat Kebijakan (Research Informs Policy Debates)
Selain membantu pendidik menjadi praktisi yang lebih baik, penelitian juga menyediakan informasi kepada pembuat kebijakan ketika akan melakukan penelitian dan perdebatan misalnya pada topik pendidikan. Penelitian membantu dalam menimbang berbagai perspektif. Sebagai contoh, penelitian berguna bagi pembuat kebijakan untuk meringkas alternatif pada: Kesejahteraan dan efek pada pendidikan anak-anak di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.
II.                Metode Ilmiah
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Definisi ilmiah adalah bersifat ilmu. Jadi,  metode ilmiah adalah pendekatan atau cara yang dipakai dalam penelitian suatu ilmu. Sesuai dari penjelasan di atas maka metode ilmiah berkaitan dengan langkah-langkah suatu peneltian. Metode ilmiah digunakan untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah. Dalam hal ini terdapat enam langkah penelitian menurut Creswell (2012: 7):
  1. Mengidentifikasi Masalah Penelitian
  2. Meninjau literatur
  3. Menentukan tujuan untuk penelitian
  4. Pengumpulan data
  5. Menganalisis dan menafsirkan data
  6. Pelaporan dan evaluasi penelitian
Penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis. Ada empat kriteria yang perlu dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah, yaitu:
  1. Penelitian dilakukan secara sistematis. Prosesnya dilakukan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahap harus dilakuakn secara berurutan, tidak boleh melangkahi tahap sebelumhya untuk langsung pada tahap terakhir atau tahap yang jauh di atasnya.
  2. Penelitian dilakukan secara terkendali. Perumusan konsep dan hipotesis secara oprasioanl merupakan kendali dalam mengarahkan seluruh kegiatan penelitian.
  3. Penelitian dilakukan secara empiris. Masalah-masalah yang akan diteliti adalah masalah yang bersifat empiris. Semua konsep yang tercakup dalam penelitian harus terhubung secara opraioanl dalam dunia nyata.
  4. Penelitian dilakukan secara kritis. Kritis dalam hal ini ada tolak ukur (kriteria) yang dipakai untuk menentukan sesuatu yang dapat diterima, baik secara eksplisit maupun implisit. Tolak ukur dalam menetapkan hipotesis tolak ukur dalam menetapkan sempel penelitian, tolak ukur dalam memilih metode pengumpulan data, tolak ukur dalam memilih alat analisis, dan sebagainya.
Menurut Emzir (2008), ada lima langkah yang sesuai dengan metode ilmiah dan melengkapi elemen-elemen umum pendekatan sistematik pada penelitian yaitu 1) identifikasi masalah penelitian, 2) review informasi, 3) pengumpulan data, 4) analisis data, dan 5) penarikan kesimpulan.
Proses sistematik dari penelitian dan metode ilmiah mengarah pada aktivitas yang dilibatkan dalam pelaksanaan suatu studi penelitian. Aktivitas tersebut tidak terbatas pada suatu jenis penelitian tertentu, melainkan aplikasi secara umum. Intinya Tujuannya adalah untuk memahami, menjelaskan realitas sosial atau menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dengan menggunakan metode berpikir ilmiah.
III.             Paradigma Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif
Dalam suatu kegiatan penelitian terdapat dua paradigma yaitu paradigma kuantitatif dan paradigma kualitatif. Denzin & Lincoln (1994: 107) mendefinisikan “Paradigm as basic belief systems based on ontological, epistimological, and methodological assumptions.” (Paradigma merupakan sistem keyakinan dasar berdasarkan asumsi ontologis, epistimologis, dan metodologi). Guba (1990: 18) menyatakan suatu paradigma dapat dicirikan oleh respon terhadap tiga pertanyaan mendasar yaitu pertanyaan ontologi, epistimologi, dan metodologi.
Secara filosofis peneliti membuat tuntutan tentang apa itu pengetahuan (ontologi), bagaimana kita mengetahuinya (epistemologi),  apa nilai-nilai yang masuk ke dalamnya (aksiologi), bagaimana kita menulis tentangnya (retorika), dan proses untuk mengkajinya (metodologi). (Creswell dalam Emzir, 2013: 10). Sehingga paradigma kualitatif dan kuantitatif masing-masing memiliki asumsi-asumsi yang berbeda bedasarkan pendekatan yang dianut oleh kedua paradigma baik dari aspek ontologis, epistemologi, aksiologi, retorika, dan metodologi.

Tabel 1: Asumsi-asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
No
Asumsi
Pertanyaan
Kuantitatif
Kualitatif
1 Asumsi Ontologi Apakah realitas  itu secara alamiah? Realitas itu objektif, dan tunggal, terpisah dari peneliti. Realitas itu subjektif dan ganda seperti yang dilihat oleh peneliti dalam studinya
2 Asumsi Epistimologi Apa hubungan penelitian dengan yang diteliti? Peneliti tidak tergantung dari yang diteliti Peneliti berinteraksi dengan apa yang diteliti
3 Asumsi Nilai Apa peran nilai? Bebas nilai dan tidak bias Tidak bebas dan bias
4 Asumsi Bahasa Apa bahasa penelitian? -  Formal -  Berdasarkan pada seperangkat definisi
-  Bahasa yang tidak personal (impersonal)
-  Menggunakan kata-kata yang diterima secara kuantitatif
-  Informal -  Terkandung dalam definisi
-  Bahasa personal
-  Menggunakan kata-kata yang diterima
5 Asumsi Metodologi Apa proses dari penelitian? -  Proses deduktif -  Sebab dan akibat
-  Disain yang statis, kategori-kategori terisolasi sebelum studi dilakukan
-  Bebas konteks
-  Generalisasi degunakan untuk memprediksi, menjelaskan dan memahami
-  Keakuratan dan keajegan melalui validitas dan reliabilitas
-  Proses induktif -  Faktor-faktor dibentuk secara bersama
-  Disain berkembang, kategori-kategori diidentifikasi selama proses penelitian
-  Terikat pada konteks
-  Pola (kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami
-  Keakuratan dan keajegan melalui verivikasi
Sumber: Firestone (1987), Guba & Lincoln (1988), McCracken (1985 dalam Creswell, 1994: 5)
Terdapat empat aliran pemikiran tentang pengetahuan, yaitu pospositivisme, konstruktivisme, advokasi/partisipatori, dan pragmatisme. (Creswell dalam Emzir, 2013: 11).
1.      Tuntutan Pengetahuan Pospositivisme
Melakukan penelitian “ilmiah” dalam asumsi pospositivisme disebut juga penelitian kuantitatif, penelitian pospositivist, penelitian empiris, dn pospositivisme. Tradisi pospositivisme datang dari penulis-penulis abad ke 19 seperti Comte, Mill, Durkheim, Newton, dan Locke.
Masalah yang dteliti oleh pospositivisme mencerminkan suatu kebutuhan untuk menguji sebab-sebab yang memengaruhi hasilnya, seperti masalah yang diuji dalam eksperimen. Dalam metode ilmiah pendekatan penelitian pospositivisme – seorang peneliti mulai dengan suatu teori, mengumpulkan data yang mendukung atau menolak teori tersebut, dan kemudian membuat revisi yang diperlukan sebelum tes tambahan dilakukan.
2.      Tuntutan Pengetahuan Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial adalah suatu pandangan.  Tujuan penelitian bergantung pada pandangan partisipan tentang situasi yang sedang diteliti.  Pertanyaan akan menjadii luas dan umum sehingga pasrtisipan dapat membangun makna dari suaut situasi, suatu makan yang biasanya dilupakan dalam diskusi atau interaksi dengan orang lain. Makna tersebut tidak secara sederhana terter pada individu, tetpi dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dan melalui norma historis dan cultural yang berlaku dalam kehidupan individual. Dengan demikian penelitian konstruktivisme sering mengarahkan “proses” interaksi di antara individu. Juga memfokuskan pada konteks spesifik tempat orang hidup dan bekerja agar memhami latar belakang historis dan cultural dari partisipan. Tujuan penelitian adalah membuat arti atau interpretasi makna yang dimiliki orang lain tentang dunia ini. Dari pada dimulai dengan sebuah teori (seperti dalam pospositivisme), peneliti mengembangkan secara induktif suatu teori.
3.      Tuntutan Pengetahuan Advokasi/partisipatori
Terbentuk selama tahun 1980-an dan 1990-an dari individu yang merasa bahwa asumsi pospositivisme yang mempersyarat hukum structural dan teori tidak memerlakukan secara layak individdu atau kelompok yang terpinggirkan atau dalam masalah keadilan sosial. Hal yang terpenting dalam penelitian ini bahwa sikap konssturktivist tidak cukup dalam pembelaan dalam membantu orang yang terpinggirkan. Para peneliti percaya penelitian perlu dijalin dengan agenda politik dan politisi. Sehingga penelitian harus berisi agenda tindkn untuk mereformasi apa yang dapat mengubah kehidupan partisipan, lembaga tempat individu bekerja atau hidup, dan kehidupan peneliti.
Masalah spesifik yang menjadi arah pembicaraan pada masalah sosial yang penting saat ini seperti isu kekuasaan, ketidaksamaan, penganiayaan, dominasi, penindasan, dan perampasan hak. Peneliti advokasi sering memulai dari salah satu isu tersebut sebagai focus penelitian. Penelitian ini mengasumsikan bahwa penelitian akan berjalan bersama secara kolaboratif dengan partisipan agar tidak terpinggirkan lebih jauh sebagai hasil penelitian. Partisipan mampu membantu merancang pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis informasi, atau menerima penghargaan untuk partisipasi dalam peneletian.
4.      Tuntutan Pengetahuan Pragmatik
Pragmatisme berasal dari karya Peirce, James, Mead, dan Dewey. Penelitian ini sebagai suatu penyangga filosofis untuk studi metode gabungan. Menurut Cherryholmes, Murphy, dan Creswell (dalam Emzir, 2013: 19-20) pragmatism memberikan dasar untuk tuntutan pengetahuan sebagai berikut.
  1. Pragmatism tidak percaya pada suatu system filosofi atau realitas tertentu.
  2. Para peneliti memiliki kebebasan memilih: metode, teknik, dan prosedur penelitian.
  3. Pragmatisme tidak melihat dunia sebagai suatu kesatuan yang mutlak.
  4. Kebenaran adalah apa yang bekerja pada waktu tersebut (Trust is what works at the time)
Tabel 2 Posisi Tuntutan Pengetahuan alternative (Creswell dalam Emzir, 2013: 21)
Pospositivisme
  • Determinasi
  • Reduksionisme
  • Observasi empiris dan pengukuran
  • Verivikasi teori
Konstruktivisme
  • Pemahaman
  • Makna jamak partisipan
  • Konstruksi sosial dan historis
  • Menghasilkan teori
Advokasi/Participator
  • Politis
  • Berorientasi pada masalah
  • Kolaboratif
  • Berorientasi pada perubahan
Pragmatisme
  • Konsekuensi tindakan
  • Berpusat pada Masalah Pluralistik
  • Berorientasi pada praktik dunia nyata
  
Daftar Pustaka
Basuki, Heru. 2006. Penelitian Kulaitatif untuk Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya.
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research.
Emzir. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Anwar, Rozan. 2009. Pengembangan Model; Metodologi. FISIP UI.
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Total Pageviews

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

FOLLOW & LIKE DULU GAN!



[X] CLOSE
+Gett

About