BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan
pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di
sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang
individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas
yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk
berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses.
Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya. Untuk lebih jelasnya marilah kita tinjau
secara lebih rinci pengertian dan proses penyesuaian diri, karakteristik
penyesuaian diri remaja dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian
diri.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
- Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
- Bagaimana proses penyesuaian diri?
- Apa saja karakteristik penyesuaian diri?
- Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri?
- Apa saja permasalahan penyesuaian diri remaja?
- Bagaimana implikasi proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan?
C.
Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah :
- Pengertian penyesuaian diri,
- Proses penyesuaian diri,
- Karakter penyesuaian diri secara positif,
- Karakter penyesuaian diri yang salah,
- Faktor yang mempengarui proses penyesuaian diri,
- Contoh permasalahan – permasalahan penyesuaian diri remaja, dan
- Implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dapat diartikan
atau dideskripsikan sebagai berikut :
- Penyesuaian berarti adaptasi: dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survive” dan memperbolehkan kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan.
- Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan,yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon- respon sedemikian rupa, sehingga bisa mrngatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi syarat.
- Penyesuaian dapat diartikan penguasa dan kematangan emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri
sendiri dan pada lingkunganya.
- Proses Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses
bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna tidak
pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu
dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya di mana tidak ada
lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi organisme/individu
berjalan normal.
Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang
sempuna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.
Respon penyesuaian, baik atau buruk,
secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau
menjauhi ketegangan dan memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar.
Penyesuaian adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan
internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja
muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu didorong meneliti berbagai
kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan.
Apakah seseorang berhadapan dengan
penyesuaian sehari-hari yang sederhana, atau suatu penyesuaian yang rumit,
terdapat suatu pola dasar yang terdiri dari elemen-elemen tertentu. Contoh:
seorang anak yang membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk
dengan tugas-tugas lain. Anak akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan
pemecahan untuk mereduksi ketegangan/kebutuhan yang belum terpenuhi. Dia
mungkin mencari kasih sayang dimana-mana, atau mengisap jarinya, atau bahkan
tidak berupaya sama sekali, atau makan secara berlebihan, sebagai respon
pengganti bila kebutuhan-kebutuhan tidak terpenuhi secara wajar.
Dalam beberapa hal, respon pengganti
tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain yang akan memuaskan
motivasi dan mereduksi ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan
cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa
merugikan atau mengganggu lingkungannya.
- Karasteristik Penyesuaian Diri
Tidak selamnya individu berhasil
dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan
tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.
Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar
dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada
individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun
ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah. Berikut
ini akan ditinjau karakteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian
diri yang salah.
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka tergolong mampu melakukan
penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
- Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional.
- Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis.
- Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.
- Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.
- Mampu dalam belajar.
- Menghargai pengalaman.
- Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri
secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
- Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung.
- Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan).
- Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba.
- Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
- Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri.
- Penyesuaian dengan belajar.
- Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri.
- Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat.
- Penyesuain Diri yang Salah
Kegagalan dalam melakukan
penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan
penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai
bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang
tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu: (i) reaksi bertahan, (ii) reaksi menyerang, dan
(iii) reaksi melarikan diri.
- Reaksi Bertahan (Defence Reaction)
Individu berusaha untuk
mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan. Ia selalu
berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya tidak mengalami kegagalan. Bentuk
khusus reaksi ini antara lain:
- Rasionalisasi
- Represi
- Proyeksi
- “Sour Grapes”
- Dll
- Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Orang yang mempunyai penyesuaian
diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi
kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak
dalam tingkah laku:
- Selalu membenarkan diri sendiri
- Mau berkuasa dalam setiap situasi
- Mau memiliki segalanya
- Bersikap senang mengganggu orang lain
- Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
- Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
- Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
- Keras kepala dalam perbuatannya
- Bersikap balas dendam
- Memperkosa hak orang lain
- Tindakan yang serampangan dan
- Marah secara sadis
- Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai
penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan
kegagalan, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: berfantasi
yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan
(seolah-olah sudah tercapai}, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri,
menjadi pecandu ganja, narkotika, dan regresi yaitu kembali kepada awal (misal
orang dewasa yang bersikap dan berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian
mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu
berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses
penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor
yang menentukan kepribadian itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu
penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bartahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
- Kondisi Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan
dan struktur/konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan,
aspek perkembangannya secara instrinsik bekaitan erat dengan susunan/konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya
orang yang tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh,
ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, pemalu,
dan sebagainya.
Karena struktur jasmaniah merupakan
kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa system saraf,
kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan-gangguan dalam system saraf,
kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah
laku, dan kepribadian.
Dengan demikian, kondisi
sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik.
- Perkembangan, Kematangan dan Penyesuaian Diri
Dalam proses perkembangan, respon
anak berkembang dari respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang
diperoleh melalui belajar dan pengalaman. Dengan bertambahnya usia perubahan
dan perkembangan respon, tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak
juga menjadi matang untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola
penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan,
tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan yang
lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri pun berbeda pula secara
individual. Dengan kata lain, pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. Disamping itu,
hubungan antara penyesuaian dengan perkembangan dapat berbeda menurut jenis
aspek perkembangan yang dicapai. Kondisi-kondisi perkembangan mempengaruhi
setiap aspek kepribadian seperti: emosional, sosial, moral, keagamaan dan
intelektual.
- Penentu Psikologis terhadap Penyesuaian diri
Banyak sekali faktor psikologis yang
mempengaruhi penyesuaian diri, diantaranya adalah:
- Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai
arti bagi penyesuaian diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti
dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman
traumatic (menyusahkan).
- Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar
yang fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan
berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
- Determinasi Diri
Dalam proses penyesuaian diri,
disamping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut diatas, orangnya itu sendiri
menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai
sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan
atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
- Konflik dan penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua
konflik bersifat mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat
bermanfaat memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan.
- Lingkungan sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Berbagai lingkungan anak seperti
keluaga dan pola hubungan didalamnya, sekolah, masyarakat, kultur dan agama
berpengaruh terhadap penyesuaian diri anak.
- Pengaruh rumah dan keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang
mengondisikan penyesuaian diri, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang
sangat penting, karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil.
Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga.
Kemampuan interaksi sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
- Hubungan Orang Tua dan Anak
Pola hubungan antara orang tua
dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses penyesuaian diri anak
–anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri antara
lain :
- Menerima (acceptance)
- Menghukum dan disiplin yang berlebihan
- Memanjakan dan melindungi anak secara berlebihan
- Penolakan
- Hubungan saudara
Suasana hubungan saudara yang penuh
persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh kasih sayang, mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya penyesuaian yang lebih baik.
Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
- Masyarakat
Keadaan lingkungan masyarakat dimana
individu berada merupakan kondisi yang menentukan proses dan pola-pola
penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak gejala tingkah laku
salah bersumber dari keadaan masyarakat. Pergaulan yang salah di kalangan
remaja dapat mempengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
- Sekolah
Sekolah mempunyai peranan sebagai
media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa.
Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola
penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak disekolah
akan merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat.
- Kultural dan Agama Sebagai Penentu Penyesuaian Diri
Lingkungan kultural dimana individu
berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Contohnya
tatacara kehidupan di sekolah, masjid, gereja, dan semacamnya akan mempengaruhi
bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
Agama memberikan suasana psikologis
tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga
memberikan suasana damai dan tenang bagi anak. Agama merupakan sumber nilai,
kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti,
tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Agama memegang peranan penting sebagai
penentu dalam proses penyesuaian diri.
- Permasalahan – Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
Diantara persoalan terpentingnya
yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat
penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama
orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung
pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga.
Contoh: sikap orang tua yang
menolak. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama,
penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua
merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab, mereka tidak
menghendaki kelahirannya. Menurut Boldwyn: “Bapak yang menolak anaknya berusaha
menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil
ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua, dari
penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak.
Penyesuaian diri remaja dengan
kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan
timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah
lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami
permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran.
Sebagai akibat antara lain adalah belajar menjadi menurun dibanding dengan
prestasi di sekolah sebelumnya.
Permasalahan lain yang mungkin
timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar yang baik. Bagi
siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam
membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan
untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan
sebagainya.
- Implikasi Proses Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban
fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya
dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan
keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik
mengalami masalah.
Oleh karena itulah disetiap sekolah
lanjutan ditunjuk wali kelas yaitu guru-guru yang akan membantu anak didik jika
mereka menghadapi kesulitan dalam pelajarannya dan guru-guru bimbingan dan
penyuluhan untuk membantu anak didik yang mempunyai masalah pribadi,dan masalah
penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap tuntutan
sekolah.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
- Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “betah” (at home) bagi anak didik, baik secara sosial, fisik maupun akademis.
- Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
- Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
- Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
- Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
Karena di sekolah guru merupakan
figure pendidik yang penting dan besar pengaruhnya terhadap penyesuaian
siswa-siswanya, maka dituntut sifat-sifat guru yang efektif, yakni sebagai
berikut (Ryans dalam Garrison, 1956).
- Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dan berminat dalam aktivitas siswa dan kelas.
- Ramah (cheerful) dan optimistis.
- Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu), dan teratur tindakannya.
- Senang kelakar, mempunyai rasa humor.
- Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap
lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yamg cukup
unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konformitas, penguasaan, dan
kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang tertuju pada pencapaian
keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering menimbulkan
konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk membebaskan diri
dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional
dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan
akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau salah. Selain faktor
lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan juga
mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian
diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga
seperti keretakan keluarga. Selain itu permasalahan-permasalahan penyesuaian
akan muncul bagi remaja yang sering pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban
fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat
bersikap yang lebih efektif, seperti adil, jujur, menyenangkan dan sebagainya
sehingga siswanya akan merasa senang dan aman bersamanya.
- Kritik
Menurut kelompok kami ketidakmampuan
menyesuaikan diri pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dan
lebih mengacu pada ketidakmampuan orang tua dalam membimbing remaja menuju
penyesuaian diri yang menyebabkan kondisi fisik, mental dan emosional remaja
menjadi labil.
Selain itu lingkungan yang tidak
mendukung penyesuaian diri remaja menyebabkan semakin sulitnya remaja dalam
melakukan penyesuaian diri.
C.
Saran
Menurut kelompok kami seharusnya orang tua memahami keadaan
remaja anaknya sehingga orang tua mampu mengarahkan anak remajanya menuju
penyesuaian diri yang tepat. Selain itu orang tua juga harus peduli dengan
semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri remaja.
-Penyesuaian
diri secara positif
Mereka yang tergolong mampu
melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :
§ Tidak menunjukan adanya ketagangan
emosional
§ Tidak
menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
§ Tidak menunjukan adanya frustasi
pribadi
§ Memiliki pertimbangan rasional dan
pengarahan diri
§ Mampu dalam belajar
§ Menghargai pengalaman
§ Bersikap realistik dan objektif.
Dalam melakukan penyesuaian diri
secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain :
§ Penyesuaian
dengan menghadapi masalah secara langsung
§ Penyesuaian dengan melakukan
eksplorasi
§ Penyesuian dengan trial and error
atau coba-coba
§ Penyesuian dengan substitusi
§ Penyesuaian diri dengan menggali
kemampuan pribadi
§ Penyesuaian dengan belajar
§ Penyesuaian
dengan inhibisi dan kontrol diri
§ Penyesuaian dengan perencanaan
yang cermat.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://asfarohaurumjati.blogspot.com/2010/07/makalah-penyesuaian-diri-remaja.html
Sunarto,
H. & Hartono, Agung.1998. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta:
Rineka Cipta.
0 komentar:
Posting Komentar